Bedah Hadis Palsu tentang Rajab, Ustadz Adi Hidayat Klarifikasi Keutamaan yang Salah
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pada bulan Rajab, umat Islam memiliki kesempatan untuk memperbanyak amalan saleh sebagai bekal akhirat. Hal ini terkait dengan keutamaan Rajab sebagai bulan yang dimuliakan, di mana ibadah yang dilakukan pada bulan ini akan dilipatgandakan pahala.
Namun demikian, terdapat beberapa hadis tentang keutamaan amalan Rajab yang sering dijadikan rujukan, meskipun banyak di antaranya yang ternyata palsu.
Hal ini diungkapkan oleh pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu kajiannya. UAH mencatat bahwa ada beberapa hadis palsu tentang Rajab yang sering dijadikan dalil untuk keutamaan amalan tertentu.
"Contohnya, pernah dengar kalimat ini? 'Siapa yang menunaikan sholat di malam Jumat pada bulan Rajab antara Isya dan fajar, kemudian membaca surah A, surah B, dan seterusnya setelah Al-Fatihah, maka dosa-dosanya akan diampuni dan dia dibebaskan dari neraka.' Pernah dengar kalimat ini? Hadis tersebut adalah hadis palsu. Bahkan, dalam kitab-kitab hadis palsu pun tidak ditemukan, saking palsunya hadis ini," jelas UAH yang dikutip dari YouTube Audio Dakwah pada Rabu (01/01/2025).
UAH juga menyebutkan hadis palsu lainnya terkait keutamaan puasa di bulan Rajab.
"Pernah dengar hadis ini? 'Di surga ada satu pintu, satu sungai, yang disebut Sungai Rajab. Siapa yang berpuasa satu hari di bulan Rajab, maka dia akan mendapatkan kenikmatan dari air sungai Rajab.' Hadis ini juga palsu. Saking palsunya, tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadis utama," ungkap UAH.
Menurut UAH, dia telah menggali tujuh kitab yang menyebutkan hadis palsu tersebut, termasuk kitab Fadha'il al-Auqat karya Al-Baihaqi.
Ia menegaskan bahwa semua hadis tersebut dicantumkan dalam kitab-kitab tersebut untuk memberi informasi bahwa hadis tersebut adalah maudhu (palsu) atau minimal dhoif, dan tidak seharusnya digunakan sebagai rujukan.
"Jadi, hadis-hadis tersebut ditulis untuk memberi informasi bahwa itu adalah hadis dhoif atau palsu. Jangan menggunakannya sebagai sandaran dalam beramal. Bukan untuk mengonfirmasi bahwa amalan tersebut benar," ujar UAH.
Namun, UAH juga menekankan bahwa penyampaian mengenai hadis palsu ini bukan dimaksudkan untuk mencela orang yang mengerjakan amalan tersebut. Ia menjelaskan bahwa ada hadis shahih yang bisa menjadi landasan untuk mengerjakan amalan tertentu, seperti puasa di bulan Rajab.
"Jangan sampai Anda melihat orang yang berpuasa di bulan Rajab dan kemudian mengatakan, 'Hei, itu berdasarkan hadis palsu!' Tidak, karena dia bisa menggunakan hadis shahih. Anda sendiri malah tidak berpuasa dan mencela orang lain," tambahnya.
UAH juga mengingatkan bahwa jika seseorang ingin berpuasa di bulan Rajab, maka hendaknya menggunakan sandaran yang shahih. Begitu juga dengan ibadah malam lainnya, boleh dilakukan, tetapi jangan menggunakan hadis palsu sebagai dasar.
Terkait dengan keutamaan puasa di bulan Rajab, UAH menegaskan bahwa tidak ada keutamaan khusus seperti yang disebutkan dalam beberapa hadis palsu, seperti puasa sehari di bulan Rajab yang mengakibatkan seseorang diampuni dosa-dosanya atau dibebaskan dari neraka.
"Jika sudah bebas dari neraka, kenapa harus puasa Ramadhan?" ujar UAH menanggapi mitos tersebut.
UAH menyimpulkan bahwa keutamaan puasa di bulan Rajab sebenarnya merupakan keutamaan umum, yang tercakup dalam dalil-dalil mengenai puasa dan ibadah di bulan-bulan haram. Keutamaan ini mirip dengan keutamaan ibadah di tiga bulan haram lainnya.
"Jadi, tidak ada amalan khusus yang terkait dengan bulan Rajab. Namun, jika Anda mengerjakannya, lakukan dengan niat yang tulus dan seperti amalan lainnya. Pahala akan diberikan oleh Allah," tandasnya.