Ibadah
Doa Niat Puasa Ramadhan dengan Lafadz Arab dan Artinya
Bulan suci Ramadhan akan tiba dan umat Muslim sangat mengharapkannya karena banyak kemuliaan yang terkandung di dalamnya.
Semua kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya jika dilakukan selama bulan suci Ramadhan, maka umat Muslim berlomba-lomba untuk memperbanyak amal ibadah, baik yang wajib maupun sunnah.
Salah satu ibadah wajib yang harus dilakukan selama bulan suci Ramadhan adalah puasa, karena puasa termasuk salah satu rukun Islam.
Namun, sebelum waktu subuh tiba, seseorang harus berniat terlebih dahulu sebelum menjalankan ibadah puasa.
Niat Puasa Ramadhan
Niat puasa Ramadhan termasuk rukun dalam melaksanakan ibadah puasa. Jika seseorang berpuasa tanpa berniat, maka puasanya tidak sah.
Rosulullah SAW pernah menyatakan bahwa “Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya,” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui lafaz niat puasa, baik yang ditulis dalam bahasa Arab maupun Latin, beserta artinya.
Berikut ini adalah lafadz niat puasa Ramadhan:
ŁŁŁŁŁŁŲŖŁ ŲµŁŁŁŁ Ł ŲŗŁŲÆŁ Ų¹ŁŁŁ Ų§ŁŲÆŁŲ§Ų”Ł ŁŁŲ±ŁŲ¶Ł Ų“ŁŁŁŲ±Ł Ų±ŁŁ ŁŲ¶ŁŲ§ŁŁ ŁŲ°ŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŁ ŲŖŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ
Latin : Nawaitu shauma ghadin āan adaaāi fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi taāala.
Artinya: “Saya berniat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala.”
Jika tidak hafal lafadz niat puasa bahasa Arab, cukup dengan menggunakan bahasa sendiri namun makna dan tujuannya sama.
Rukun Puasa Ramadhan
Setelah mengetahui lafadz niat puasa baik secara tulisan Arab maupun Latin dan artinya, maka perlu juga diketahui terkait rukun puasa Ramadhan. Karena rukun ini penting, bila tidak dipahami dan tidak dikerjakan, maka puasa yang dilakukan dari terbit fajar sampai maghrib akan sia-sia.
Mengetahui rukun puasa Romadhan yang diambil dari kitab “Fathul Qorib” terdiri dari lima hal yang harus dipenuhi, yaitu:
Niat
Niat adalah rukun puasa yang dilakukan pada malam sebelum puasa dilaksanakan. Niat dilakukan hingga sebelum waktu subuh tiba. Niat ini dilakukan oleh orang yang melaksanakan puasa wajib seperti puasa Ramadhan dan puasa nazar.
Menahan Diri dari Makan dan Minum
Rukun puasa yang kedua adalah menahan diri dari makan dan minum.
Puasa tidak akan sah jika seseorang sengaja makan atau minum selama waktu berpuasa, meskipun hanya sedikit. Namun, bagi umat muslim yang belum mengetahui hukum tersebut, tidak dikenakan sanksi.
Tidak Melakukan Jimaā atau Hubungan
Rukun puasa yang ketiga adalah tidak melakukan hubungan suami istri atau jima’ selama berpuasa.
Jika seseorang melanggar rukun ini, maka puasanya akan batal dan harus melakukan puasa berturut-turut selama dua bulan.
Menahan Diri dari Muntah Dengan Sengaja
Rukun puasa Ramadhan yang selanjutnya adalah menahan diri dari muntah dengan sengaja. Jika seseorang sengaja muntah, maka puasanya akan batal.
Menunaikan Zakat Fitrah
Rukun puasa yang terakhir adalah menunaikan zakat fitrah. Zakat fitrah harus dikeluarkan pada akhir bulan Ramadhan sebelum hari raya Idul Fitri.
Syarat Puasa Ramadhan
Selain lima rukun puasa Ramadhan yang harus dipenuhi, terdapat juga syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan ibadah puasa, yaitu:
Islam
Syarat utama untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah harus menjadi seorang muslim.
Bagi umat diluar Islam, tidak ada kewajiban untuk melakukan puasa Ramadhan.
Baligh
Seseorang yang melaksanakan ibadah puasa harus telah mencapai usia baligh atau dewasa.
Bagi laki-laki, ukuran baligh yakni ketika mengeluarkan mani yang pertama kalinya. Sedangkan bagi perempuan, baligh terhitung ketika telah mengeluarkan darah haidh pertama kali.
Jika laki-laki dan perempuan sudah mengalami hal tersebut, maka mereka sudah dianggap baligh dan wajib melaksanakan puasa.
Berakal
Seseorang yang akan melaksanakan puasa Ramadhan juga harus berakal atau memiliki pemikiran yang sehat.
Artinya, tidak mengalami gangguan jiwa atau gila.
Bagi muslim yang sudah baligh, maka ia wajib berpuasa. Namun, bagi muslim yang sedang dalam keadaan gangguan jiwa, ia tidak diberikan hukum wajib untuk melaksanakan puasa.
Mampu
Mampu di sini merujuk pada kemampuan fisik seseorang untuk berpuasa tanpa terganggu, seperti orang yang sudah tua renta dan tidak mampu melaksanakan puasa.
Namun, bagi muslim yang kuat fisiknya, maka wajib melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.