JAKARTA, iNews.id - Pemenang ajang Eurovision tahun lalu, Nemo, bakal mengembalikan trofi kemenangannya sebagai bentuk protes atas partisipasi Israel di acara tersebut. Tindakan berani Nemo mendapat sorotan publik dan viral.
Penyanyi Swiss berusia 26 tahun itu mengatakan, ada konflik yang jelas antara keterlibatan Israel dalam Eurovision dengan cita-cita persatuan, inklusi, dan martabat yang diklaim sebagai nilai-nilai yang dijunjung tinggi Eurovision.
"Partisipasi Israel, negara yang disimpulkan melakukan genosida oleh PBB, menunjukkan konflik yang jelas antara cita-cita dengan keputusan yang dibuat European Broadcasting Union (EBU)," kata Nemo, dikutip dari BBC, Jumat (12/12/2025).
"Meski saya sangat berterima kasih kepada komunitas di sekitar kontes ini dan semua yang memberi peran dalam perjalanan hidup saya, hari ini saya merasa piala ini tidak lagi pantas berada di rak saya," tambah Nemo.
Sebagai bentuk keseriusan dia mengembalikan trofi kemenangan, Nemo membagikan foto yang memperlihatkan trofi berada di kotak kardus, dan siap dikembalikan ke markas EBU di Jenewa.
Keputusan Nemo mendapat respons dari Direktur Eurovision, Martin Green. Green mengaku sedih dengan keinginan Nemo, tapi dia pun berusaha menerima dan menghormati keputusan tersebut.
"Kami menghormati pandangan yang dipegang teguh oleh Nemo dan pandangan tersebut akan selalu menjadi bagian berharga dari keluarga Eurovision," kata Green.
Nemo menjadi penyanyi non-biner pertama yang mengangkat trofi Eurovision dengan lagunya The Code yang bercerita tentang perjalanan seorang non-biner. Setelah kemenangan itu,
Menurut laporan BBC, keikutsertaan Israel di ajang Eurovision memang telah lama menjadi sumber ketegangan. Terlebih, perang di Gaza masih berlangsung hingga sekarang.
Sebagai catatan, lima negara sudah menyampaikan sikap untuk tidak terlibat di Eurovision. Kelimanya antara lain Islandia, Spanyol, Irlandia, Slovenia, dan Belanda. Mereka menolak 'join' Eurovision karena Israel terlibat di ajang tersebut.
Israel sebelumnya menyebut, keputusan untuk tetap berkompetisi di Eurovision merupakan 'kemenangan' atas para kritikus yang telah mencoba membungkam mereka dan menyebarkan kebencian.